Minggu, 27 Februari 2011

EKSPOR dan IMPOR

IMPOR

1.         PERKEMBANGAN IMPOR

 Dengan meningkatnya kegiatan perekonomian di dalam negeri, pengeluaran  impor menunjukan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Debirokratisasi dan deregulasi dalam bidang imporpada umumnya berupa penyederhanaan tata niaga, penggantian bentuk perlindungan nontarif menjadi perlindungan tarif, penurunan tarif bea masuk, serta pemberian ijin impor kepada lebih banyak perusahaan. Kebijaksanaan – kebijaksnaan impor selalu diserasikan dengan upaya – upaya pengembangan industri di dalam negeri, perangsang investasi dan penggalakan ekspor.

Selama periode 1970-1995 pengeluaran impor naik rata – rata 16,85 persen per tahun, sekitar dua setengah persen lebih rendah daripada kenaikan rata – rata ekspor untuk kurun waktu yang sama. Sepanjang periode tersebut, pengeluaran impor pernah mengalami penurunan selama tiga tahun berturut – turut, yakni pada tahun 1983 dan 1984 serta 1985.

Penurunan impor dalam tahun 1983 – 84 – 85 itu sendiri dapat dijelaskan oleh dua faktor. Faktor yang pertama, karena belum pulihnya perkonomian akibat resesi dunia pada tahun – tahun awal 1980an. Kedua, karena pada tahun – tahun itu harga minyak di pasarn internasional sangat labil, bahkan mulai turun. Akibatnya penerimaan ekspor kita yang kal itu sangat tergantung pada minyak menurun. Cadangan devisa menipis, sehingga impor dibatasi ketat.

Ditinjau berdasarkan negara asal Impor,  komposisi impor indonesiamirip dengan komposisi ekpor menurut negara tujuan. Jepang dan Amerika Serikat tercatat sebagai negara – negara asal impor utama. Jerman adalah negara asal impor utama yang ketiga. Singapura menempati urutan berikutnya. Negara – negara mitra dagang penting lainnya adalah Belanda dan Inggris.
2.         KOMPOSISI DAN STRUKTUR IMPOR

Seperti halnya ekspor, impor Indonesia juga dapat dibedakan ke dalam kelompok migas dan nonmigas. Namun komposisinya sangat berlawanan. Dilihat dari segi perkembangannya, kenaikan impor migas masih lebih besar dibandingkan kenaikan impor nonmigas.

Sebagian besar impor Indonesia berupa mesin – mesin dan alat pengangkut. Impor hasil – hasil industri dan impor bahan – bahan kimia berada di urutan berikutnya. Urutan berikutnya lagi ialah impor bahan – bahan.

Dalam konteks ini barang – barang impor diklasifikasikan ke dalam tiga macam kelompok komoditas yaitu barang konsumsi, bahn baku serta barang modal.

Barang – barang konsumsi yang paling banyak di impor adalah jenis makanan dan minuman. Sedangkan alat angkutan atau kendaraan pribadi merupakan barang konsumsi yang paling sedikit diimpor. Kecilnya impor kendaraan pribadi disebabkan karena Indonesia melarang impor kendaraan pribadi dalam bentuk sudah jadi (built-up). Impor kendaraan dalam bentuk jadi kemudiaan dihapuskan, namun sebagai gantinya dikenakan bea masuk yang sangat tinggi.

          Impor bahan baku dan bahan penolong terdiri atas makanan dan minuman; bahan baku industri; bahan bakar pelumas; serta suku cadang dan  perlengkapan. Adapun impor barang modal terdiri atas alat angkutan u ntuk industry; kendaraan penumpang; dan barang modal selain alat angkutan. Bahan baku yang paling banyak diimpor adalah bahan baku industri. Sedangkan barang modal yang terbanyak diimpor adalah barang modal selain alat angkutan.


RESENSI :

1. DUMAIRY : PEREKONOMIAN INDONESIA